Saturday, October 15, 2011

Pemanfaatan Teknologi Solar Cell dan Micro Hydro Untuk BTS sebagai Alternatif Energi Listrik

Latar Belakang
Sebuah fenomena yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini di Indonesia adalah masalah krisis energi listrik. Hampir menyeluruh di semua wilayah Indonesia bahkan di wilayah Jawa dan Bali yang memiliki infrastruktur yang baik sudah ikut merasakan krisis listrik. Hampir setiap hari di berita baik koran lokal ataupun nasional kita mendengar adanya pemadaman listrik secara bergiliran. Intensitas pemadaman pun semakin kerap terjadi dan sangat mengganggu terutama bagi customer yang menggantungkan energi listrik dalam proses produksi di perusahaan dalam kapasitas besar.
Ada berbagai hal yang menyebabkan terjadinya krisis energi listrik di Indonesia. Sudah dapat dipastikan penyebab utama adalah meningkatnya permintaan yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksi listrik oleh PLN itu sendiri. Meningkatnya permintaan dikarenakan adanya pertumbuhan penduduk, industrialisasi seiring dengan iklim investasi yang semakin kondusif dan adanya revolusi teknologi yang dominan mengandalkan energi listrik sebagai sumber energi, seperti contoh adalah merambahnya komputer, televisi, dan berbagai peralatan rumah tangga yang cenderung menggunakan energi listrik dalam pengoperasianya. Permintaan tersebut bergerak secara eksponensial. Sedangkan produksi listrik masih bersifat konvensional serta terhambat dengan masalah sumber penggerak generator seperti terjadinya penurunan debit air di beberapa PLTA, kemudian krisis energi penggerak dari sumber yang tidak dapat diperbaharui seperti bahan bakar minyak dan batu bara.
Menurut Pakar Ilmu Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Padang, Sumatra Barat, Prof Dr Emriadi MS mengatakan bahwa konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. “Peningkatan kebutuhan listrik dikemudian hari yang diperkirakan dapat tumbuh rata-rata 6,5 persen per tahun hingga 2020,” katanya.
Telkomsel sebagai operator selular yang menggunakan listrik sebagai sumber energy utama untuk mengoperasikan BTS atau pemancarnya di Indonesia dalam hal ini sangat tergantung dari pasokan PLN. Hal ini pula yang kadang kala menjadi kendala bagi Telkomsel untuk memperluas jaringannya sampai ke pelosok nusantara karena rata-rata di daerah tersebut belum ada sumber energi listrik dari PLN. Sehingga untuk menyiasati hal tersebut, Telkomsel harus bisa mencari sumber energi listrik lain untuk bisa mengoperasikan perangkat BTS (Base Transceiver Station) sehingga tetap memberikan pelayanan kepada pelanggannya sampai ke pelosok nusantara.
Opini Penulis
Pada umumnya produksi listrik di Indonesia dihasilkan dengan menggunakan tenaga air (PLTA), tenaga Diesel (PLTD), dan tenaga uap (PLTU). Dalam pengembangannya seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi sebagian kecil wilayah terutama di daerah pedalaman memanfaatkan tenaga matahari yaitu dengan menggunakan Solar Cell, akan tetapi hal ini belum bisa memecahkan masalah krisis energi listrik di Indonesia. Energi alternatif yang sedang dilirik oleh pemerintah Indonesia adalah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), walaupun tantangannya sangat berat dan merupakan dilema mengingat bahaya yang ditimbulkan apabila terjadi kecerobohan sangat besar dan gempa bumi yang bisa mengakibatkan ketidakstabilan reaktor nuklir. Radiasi yang dihasilkan oleh nuklir dapat mengakibatkan bencana bagi umat manusia. Masih teringat dalam pikiran kita peristiwa Cernobil di Rusia (dulu masih Uni Sovyet) dengan bocornya reaktor nuklir yang tidak sedikit memakan korban dan terjadinya kerusakan lingkungan yang cukup besar. Begitu juga yang baru-baru ini terjadi, yaitu gempa bumi di Jepang yang mengakibatkan kerusakan pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima yang membuat terjadinya kebocoran radioaktif sehingga membuat penduduk disekitar daerah tersebut di pindahkan ke tempat yang aman.
Ada berbagai hal yang menyebabkan terjadinya krisis energi listrik di Indonesia. Sudah dapat dipastikan penyebab utama adalah meningkatnya permintaan yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksi listrik oleh PLN. Meningkatnya permintaan dikarenakan adanya pertumbuhan penduduk, industrialisasi seiring dengan iklim investasi yang semakin kondusif dan adanya revolusi teknologi yang dominan mengandalkan energi listrik sebagai sumber energi, seperti contoh adalah merambahnya komputer, televisi, dan berbagai peralatan rumah tangga yang cenderung menggunakan energi listrik dalam pengoperasianya. Permintaan tersebut bergerak secara eksponensial. Sedangkan produksi listrik masih bersifat konvensional serta terhambat dengan masalah sumber penggerak generator seperti terjadinya penurunan debit air di beberapa PLTA, kemudian krisis energi penggerak dari sumber yang tidak dapat diperbaharui seperti bahan bakar minyak dan batu bara.
Indonesia dahulu pernah menjadi salah satu produsen minyak bumi di dunia yang tergabung dalam OPEC, namun mulai tahun 2009 ini, dikarenakan jumlah kuota produksi yang terus menurun dan kurang dari kuota minimal yang dipersyaratkan, Indonesia kemudian keluar dari OPEC.
Dengan jumlah penduduk 237 juta jiwa berdasakan data sensus 2010 serta ekonomi dan pembangunan yang terus ditingkatkan, kebutuhan akan sumber energi tentu menjadi hal utama yang harus terpenuhi. Bahkan untuk mencukupi kebutuhan ini, pemerintah tidak segan-segan untuk terus mengucurkan subsidi kepada rakyatnya.
Sesungguhnya teramat disayangkan bahwa sepanjang 65 tahun kemerdekaan Indonesia dan setelah melalui masa keemasan minyak bumi, kondisi Indonesia masih jauh tertinggal. Anugrah luar biasa dari Yang Kuasa melalui limpahan minyak bumi tidak bisa dikelola dengan baik. Pola hidup boros dan tata kelola pemerintahan yang tidak bersih menyebabkan kekayaan alam yang dimiliki seolah tidak ada manfaatnya.
Namun kita sebagai bangsa Indonesia tidak boleh terlarut dengan masalah krisis energi tersebut. Masih banyak alternatif yang bisa dilakukan untuk membuat masalah tersebut terselesaikan. Secara paralel, Indonesia harus melakukan dua langkah di atas. Kekayaan yang berlimpah seharusnya menjadi motivasi sekaligus anugrah lain berupa kemudahan dalam penciptaan dan eksplorasi sumber-sumber energi alternatif.
Telkomsel sebagai market leader industri telekomunikasi Indonesia yang mempunyai competitive advantage disisi jangkauan jaringan yang luas akan tetap berusaha mempertahankan keunggulannya tersebut dengan membangun BTS (Base Transceiver Station) sampai ke pelosok pedesaan. Telkomsel pun menjadi salah operator yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengimplementasikan proyek Universal Service Obligation (USO). Sebenarnya tujuan konsep Universal Service Obligation (USO) tidaklah semata-mata untuk menyediakan fasilitas telekomunikasi kepada seseorang atau kelompok masyarakat saja, tetapi adalah untuk:
a. Meningkatkan produktifitas dan pertumbuhan ekonomi
b. Mempromosikan proses kohesi sosial dan politik melalui pembauran komunitas yang terisolir dengan komunitas umum/maju
c. Meningkatkan cara dan mutu penyampaian jasa-jasa publik pemerintah
d. Memacu keseimbangan distribusi populasi
e. Menghilangkan kesenjangan sosial dan ekonomi antara information rich dan information poor.
Sehubungan banyaknya kebutuhan listrik dari Telkomsel di daerah pelosok sehingga perlu mencari terobosan untuk menyiasati tidak adanya pasokan listrik dari PLN dengan menggunakan Teknologi Solar Cell dan Micro hydro sebagai pembangkit listrik untuk BTS (Base Transceiver Station) mereka.
Pemanfaatan Teknologi Solar Cell dan Micro hydro
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa krisis energi listrik dan tidak adanya pasokan listrik didaerah pelosok pedesaan sehingga membuat perusahaan-perusahaan yang membutuhkan energi listrik sebagai sumber utama dalam menjalankan operasinya harus mencari energi alternatif sebagai pengganti. Sebetulnya sumber energi alternatif cukup tersedia, misalnya energi matahari dan energi air. Namun karena keterbatasan modal dari perusahaan sehingga membuat mereka susah untuk menggunakan energi tersebut. Untuk menggunakan energi alternatif tersebut perusahaan perlu melakukan investasi awal yang cukup besar dibandingkan dengan menggunakan pasokan listrik dari PLN, namun apabila dihitung dengan biaya jangka panjang sebenarnya perusahaan bisa lebih untung dengan menggunakan energi alternatif tersebut karena hanya memerlukan biaya pemeliharaan.
Melihat kondisi tersebut, Telkomsel dalam rangka memberikan pelayanan telekomunikasi sampai ke pelosok pedesaan telah melakukan riset dan percobaan untuk mencari alternatif pembangkit energi listrik yang bisa digunakan. Akhirnya Telkomsel memutuskan menggunakan teknologi Solar Cell dan Micro hydro dibeberapa daerah di Indonesia yang memang dianggap mempunyai potensi menggunakan energi matahari dan air tersebut.
Teknologi Solar Cell
Teknologi Solar Cell adalah perangkat berbentuk state solid yang mengubah energi cahaya langsung menjadi listrik oleh efek fotovoltaik. Solar Cell digunakan untuk membuat modul surya yang digunakan untuk menangkap energi dari sinar matahari, yang dikenal sebagai panel surya. Energi yang dihasilkan dari modul surya, disebut sebagai tenaga surya, adalah contoh dari energi surya. Fotovoltaik adalah bidang teknologi dan penelitian yang berkaitan dengan aplikasi praktis dari sel fotovoltaik dalam memproduksi listrik dari cahaya, meskipun sering digunakan khusus untuk merujuk pada pembangkitan listrik dari sinar matahari.
Penggunaan Solar Cell di BTS Telkomsel didesign untuk dapat beroperasi selama 3 hari tanpa cahaya matahari, hal ini ditujukan karena perangkat yang digunakan membutuhkan supply listrik yang kontinyu dan akan membuat perangkat cepat rusak apabila listrik sering mati. Panel solar cell yang dipasang mempunyai rata-rata luas area 40 – 50 meter persegi dan dapat menghasilkan listrik 2 kilowatt. Perangkat solar cell ini mempunyai lifetime selama 30 – 35 tahun.
Beberapa lokasi BTS (Base Transceiver Station) Telkomsel di Indonesia yang sudah menggunakan teknologi solar cell adalah :
§ Long Bawan, adalah daerah yang berada dekat dengan perbatasan Malaysia dan berada di bawah Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan Timur.
§ Pulau Maratua, adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di Laut Sulawesi dan berbatasan dengan negara Malaysia. Pulau Maratua ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah Kabupaten Berau, provinsi Kalimantan Timur. Pulau berbentuk kecil panjang dan lengkung tajam ini berada di sebelah selatan dari Kota Tarakan dengan koordinat 2° 15′12″ LU, 118° 38′41″ BT (di bagian batas luarnya).

Teknologi Micro Hydro
Micro hydro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik tenaga air yang biasanya memproduksi hingga 100 kW listrik. Instalasi ini dapat memberikan solusi energi listrik untuk sebuah rumah terisolasi atau komunitas kecil, atau kadang-kadang terhubung ke jaringan tenaga listrik. Ada banyak dari instalasi di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang karena mereka dapat menyediakan sumber ekonomis energi tanpa pembelian bahan bakar. Instalasi yang digunakan sering hanya kolam yang dibendung kecil, di bagian atas air terjun, dengan beberapa ratus meter dari pipa yang mengarah ke dalam shelter generator kecil.
Untuk teknologi micro hydro ini, Telkomsel telah menggunakannya di Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung dan Kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Pemanfaatan BTS tenaga air pertama di Asia tersebut mampu membangkitkan daya listrik sebesar 16,47 KW, dimana sebanyak 7,7 KW disalurkan untuk memenuhi kebutuhan daya listrik di BTS dan sisanya untuk fasilitas umum. Sementara sisanya, 7,94 KW untuk cadangan.
Hal ini membuat Telkomsel tidak hanya menyediakan listrik untuk perangkatnya namun juga memberikan listrik gratis kepada masyarakat disekitar BTS Telkomsel. Tidak hanya berguna memenuhi kebutuhan jangkauan signal Telkomsel, keberadaan BTS micro hydro jadi cukup penting dalam membuka wilayah terisolasi dari pasokan aliran listrik konvensional. Termasuk mendongkrak nilai perekonomian di wilayah tersebut.
Dengan penggunaan teknologi alternatif tersebut telah membuat Telkomsel menjadi operator selular dengan BTS Go Green terbanyak di Asia dengan 132 BTS di seluruh Indonesia. Penggunaan sumber energi alternatif kini menjadi salah satu upaya yang dilakukan Telkomsel untuk menjamin ketersediaan power supply yang dibutuhkan untuk mengoperasikan BTSnya. Terlebih lagi Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dengan panjang seperdelapan bentangan dunia dan tiap wilayah memiliki variasi kontur geografi yang berbeda-beda.
Yang lebih membanggakan lagi, bersama 34 perusahan BUMN dan swasta nasional, Telkomsel berhasil meraih anugerah sebagai korporasi penginspirasi bumi oleh La Tofi School of CSR dan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Pencapaian tersebut diberikan atas penerapan BTS (Base Transceiver Station) tenaga matahari dan air. Kemampuan itu dinilai tim seleksi Indonesia Green Awards 2011 tidak hanya baik untuk bumi sekaligus layak ditiru operator selular di Indonesia.
Kesimpulan
Indonesia adalah negeri yang sebenarnya dianugrahi kekayaan alam yang luar biasa berlimpah termasuk minyak bumi sebagai sumber bahan bakar untuk menghasilkan tenaga listrik. Namun karena pemerintah tidak dapat mengelola sumber daya itu dengan baik maka yang terjadi sekarang ini adalah terjadinya krisis listrik dimana-mana. Sudah seharusnya pemerintah segera mengambil langkah konkrit untuk mengatasi masalah krisis listik tersebut dengan menggunakan teknologi alternatif seperti menggunakan energi matahari, air ataupun nuklir.
Telkomsel sebagai market leader telekomunikasi di Indonesia telah menghadirkan solusi yang tepat dalam hal penyediaan sarana telekomunikasi beserta power supply-nya, sehingga seluruh masyarakat hingga pelosok dapat menikmati sarana komunikasi dan terbebas dari keterisolasian. Pemanfaatan sumber energi alternatif ramah lingkungan seperti Solar Cell dan Micro Hydro ini juga sekaligus merupakan bentuk dukungan Telkomsel dalam rangka efisiensi penggunaan listrik yang kini terasa semakin langka.
Kedepan, dengan semakin murahnya teknologi Solar Cell ataupun Micro Hydro maka sebaiknya Telkomsel tidak hanya menggunakan sumber energi alternatif tersebut didaerah pelosok pedesaan namun juga didaerah perkotaan yang memang memungkinkan teknologi tersebut diimplementasikan.

Referensi
1. “Solar Cell”, http://www.wikipedia.org
2. “Micro Hydro”, http://www.wikipedia.org
5. http://m.politikana.com/baca/2011/02/14/krisis-energi-listrik-di-indonesia

No comments: