Kebijakan fiscal dan moneter adalah dua kebijakan
macro ekonomi yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Ekonomi
secara alamiah mengalami fluktuasi dengan cycle 3 tahun, 5 tahun atau puluhan
tahun yang mana hal ini dikatakan sebagai business cycle. Kebijakan ekonomi bertujuan
untuk meminimalisasi polarisasi ekonomi yang ada. Hal ini merupakan pekerjaan dari
otoritas ekonomi yang itu negara yang bertanggung jawab menjaga pertumbuhan
ekonomi jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah. Hal yang digunakan
untuk menjaga hal ini adalah kebijakan fiscal dan moneter. Krisis ekonomi
selalu muncul pergantian, mulai dari krisis Asia 1997, krisis Amerika 2001, dan
krisis Eropa sekarang ini sehingga business harus belajar untuk survive ketika
ekonomi growth dan burst.
Kebijakan Fiskal
Secara langsung kebijakan fiskal sangat berpengaruh
ke bisnis yaitu masalah pajak. Yang mana pajak di Indonesia bisa memakan biaya
sampai 40-50% dari biaya operasional. Bagi perusahaan pajak adalah suatu big
deal sehingga akan menjadi pertempuran bagi setiap negara untuk menarik
investor dengan mengunakan tax rate yang menarik, contohnya Estonia di Eropa
menggunakan corporate tax rate 0% sehingga banyak perusahaan melakukan
investasi di Negara tersebut. Selain pajak, factor fiskal yang mempengaruhi
bisnis adalah belanja negara.
Pendapatan negara biasanya didapatkan dari tax rate dan
pinjaman negara yang bisa melalui pinjaman dari luar ataupun dengan menerbitkan
surat utang. Salah satu usaha negara untuk meningkatkan pertumbahan ekonomi adalah
dengan melakukan stimulus fiskal dengan menaikkan belanja Negara ataupun
menurunkan tax rate. Objektif dari kebijakan fiscal adalah :
1. Menjaga stabilitas ekonomi makro.
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan social
welfare yang baik.
Secara umum lebijakan fiscal diindonesia berubah dari
masa ke masa. Sebagai contoh ketika masa orde lama, negara untuk membiayai
proyek dengan mencetak uang baru sebanyak mungkin sehingga kemudian terjadi
inflasi sampai 600%. Sedangkan pada masa orde baru, pemerintah menggunakan
balance budget dengan menggunakan keseimbangan pembelanjaan dan pendapatan
Negara. Namun sebenarnya saat itu terjadi defisit namun untuk menutupi hal itu
dengan menggunakan hutang luar negeri
sehingga hal tersebut sukses menurunkan inflasi dibawah 10%. Sehingga Indonesia
lumayan sukses sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan terbaik di Asia.
Peranan minyak, oil dan gas sangat penting didalam
APBN dalam hal penerimaan Negara. Pada zaman orde baru pemerintah bisa membangun
dengan cepat karena produksi minyak besar dan pinjaman utang luar negeri dan
belum banyaknya kendaraan bermotor yang disubsidi negara. Dan sampai sekarang
ini penerimaan Negara masih sangat dipengaruhi oleh minyak yang mana
kontribusinya hampir mencapai 20%. Saat ini pemerintah ketika membutuhkan dana
tidak lagi menggunakan pinjaman luar negeri tapi mengganti menggunakan surat
berharga negara.
Diawal kemerdekaan Indonesia, pajak tidak digarap
oleh pemerintah karena adanya anggapan masyarakat bahwa setelah merdeka tidak
ada lagi pajak. Namun perlahan Negara menyadari memerlukan pajak sehingga dilakukan
pajak reform dan melakukan sosialisasi bahwa pajak harus dibayar untuk
membiayai pembelanjaan Negara. Pajak di indonesia masih kebanyakan dari
corporate tax rate sedangkan di Negara maju sudah lebih besar dari individu
karena rata-rata masyrakatnya sudah berada di kelompok menengah ke atas. Jumlah
masyarakat di Indonesia yang membayar pajak individu masih 3-4 juta penduduk
sehingga pemerintah akan melakukan sensus pajak untuk meningkatkan pendapatan
dari pajak.
Pengeluaran Negara sangat penting pengaruhnya untuk
stabilisasi ekonomi contohnya pada saat krisis melakukan stimulus fiscal dengan
meningkatkan pembelanjaan dan menurunkan tax rate. Ketika pertumbuhan ekonomi
meningkat maka expenditure pemerintah juga meningkat.
Pada krisis 1997, hutang Indonesia meningkat
signifikan yang mana bunga hutang saja mencapai 20% dari GDP. Kemudian pemerintah
berusaha mendapatkan fiscal sustainability yang mana salah satu issuenya adalah
subsidi bbm yang sangat tinggi yang mana pemerintah pernah melakukan pembayaran
utang 25%, subsidi bbm 25%, biaya ke daerah 25% sehingga budget untuk pusat
hanya 25%. Sehingga susah melakukan pembangunan. Setelah konsolidasi fiscal,
pemerintah lumayan sukses mengurangi hutang dan Indonesia bisa keluar dari
krisis.
Ada beberapa kebijakan fiscal sustainability yaitu :
1. Improving Budget management
by rising revenues and cut wasteful spending. Reform of budget process,
improving procurement and tax reform.
2. Phasing out subsidies.
3. Privatization and asset
recovery, several BUMN had already privatized and IBRA sold some assets from
banking recapitalization.
4. Issuing government bonds to
place in the domestic as well as international market.
Kebijakan Moneter
Pemerintah baru-baru saja menurunkan BI Rate dengan
tujuan menurunkan bunga bank. Kebijakan suku Bunga sangat berpengaruh ke cost
of capital yang berhubungan dengan internal financing perusahaan. Hal lainnya
yang sangat berpengaruh adalah inflasi, yang mana inflasi yang sangat tinggi
akan sangat berpengaruh dengan business karena akan menurunkan nilai beli
masyarakat. Salah satu langkah pemerintah ketika menghadapi krisis adalah
menurunkan suku bunga sehingga harapannya investasi akan meningkat.
Tidak serta merta bunga turun maka investasi
meningkat karena masih ada faktor lainnya yang pengaruh seperti kondisi ekonomi
global, infrastruktur. dan factor lainnya.
Tujuan Kebijakan Moneter
adalah :
- Internal balance
ü
Menjaga inflasi supaya rendah
ü
Tercapainya laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi
ü
Tercapainya kesempatan kerja
yang tinggi
- External balance
ü
Keseimbangan neraca pembayaran (BOP)
Dalam sistem perekonomian
terbuka seperti Indonesia, kedua target keseimbangan ekonomi itu saling terkait
atau memerlukan penyelesaian secara simultan.
Kebijakan Moneter meliputi
:
•
Pengendalian permintaan (demand management)
Demand management dalam
kaitan dengan pengendalian inflasi dilakukan dengan menjaga agar permintaan
uang, barang dan jasa dapat dipertahankan pada tingkat yang tidak mendorong
inflasi (non inflationary level).
•
Target moneter (monetary targetry)
Target
moneter atau lebih khususnya target jumlah uang beredar atau pengendalian JUB atau suku bunga. Kebijakan yang dapat
dilakukan antara lain dengan menurunkan jumlah uang primer, menaikkan cadangan
wajib (reserve requirement) dan menaikkan suku bunga.
Pertumbuhan ekonomi dibiarkan tumbuh sesuai dengan
kapasitas sehingga diharapkan pertumbuhan ekonomi tidak menaikkan inflasi.
Sehingga ketika inflasi turun maka BI rate diturunkan sedangkan sebaliknya
ketika inflasi naik maka BI rate dinaikkan.
Monetary Policy Instruments
:
• Open Market Operation, kontrol uang yang beredar dipasar yang biasanya
dikontrol melalui BI rate.
•
Reserves requirement, Cadangan wajib minimum bank : 7.5%
•
Credit selection, sebelumnya BI boleh mengeluarkan kredit lansung namun
sekarang BI tidak boleh lagi berdasarkan peraturan perundangan yang baru.
•
Moral suasion, hal ini dilakukan dengan lobi-lobi kepada bankir-bankir.
Efektivitas Kebijakan Moneter dipengaruhi faktor-faktor
berikut ini :
•
Ada tidaknya tujuan yang saling
bertentangan
•
Tingkat moneterisasi masyarakat
•
Faktor kelambanan (time lag)
•
Pengaruh lembaga keuangan
•
Harapan (expectations)
masyarakat
•
Faktor yang mempengaruhi
variable target seperti politik
Ketika terjadi kondisi krisis, kebijakan yang banyak
dipakai adalah fisckal dan moneter untuk mengontrol stabilisasi ekonomi. Fiscal
biasanya ditentukan dari awal oleh pemerintah dengan DPR untuk periode 1 tahun sehingga
lebih stabil sedangkan Moneter sangat tergantung oleh kebijakan dari BI yang
bisa berubah setiap saat sehingga menjadi lebih dinamis.
Catatan Kuliah Ibu Sri Adiningsih Ph.D
Catatan Kuliah Ibu Sri Adiningsih Ph.D
No comments:
Post a Comment